Dapet info H-1 dari temen dan
niatnya cuma sekedar refreshing, akhirnya malam itu (19/11/2016) saya putuskan untuk
menyaksikan The Rain manggung (untuk pertama kalinya). Ya, baru kali ini saya
nonton The Rain secara live padahal dari dulu sudah suka lagu-lagunya (mungkin baru
kali ini juga ada kesempatan sih). Pertunjukan musik malam itu dipersembahkan
oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dan Pemda DIY yang bertajuk "Semarak Karya Talenta Budaya" dan kebetulan malam itu
merupakan penutupan dari serangkaian kegiatan dari beberapa hari sebelumnya. Untuk
pertunjukan dengan bintang tamu band sekelas The Rain, penonton yang hadir pada saat itu sangatlah
sedikit, mungkin karena malam itu juga masa terpecah-pecah dalam berbagai acara
terutama event tahunan Ngayogjazz yang bertepatan padaa malam itu juga. Hal ini membuat saya dan teman-teman sangat
leluasa menyaksikan pertunjukan musik itu bahkan sebelum The Rain tampil saya
sempat bertemu dengan beberapa personilnya. Dari pertemuan itu saya merasa
bahwa apa yang saya putuskan malam ini untuk datang ketempat ini dan
mengesampingkan acara keren lainnya tidaklah rugi.
Oke, langsung saja ke penampilan
mereka dengan 8 lagu yang dibawakannya. Cukup asik saya sangat larut menikmati
lagu-lagu lama seperti “terlalu indah” dan “dengar bisikku” serta yang tak
kalah heboh adalah ketika mereka membawakan lagu-lagu yang relatif baru seperti
“terlatih patah hati” dan “penawar letih”. Malam itu walaupu penonton tidak banyak, sang vocalist Indra Prasta cukup bisa mengkondisikan semuanya menjadi sangat meriah. Karena penonton yang sedikit itu,
saya jadi sangat bebas menikmati penampilan mereka dan cukup puas dengan aksi-aksi
ciri khas dari vocalistnya, mas Indra Prasta dan gitaristnya, mas Iwan Tanda. Setelah selesai pertunjukan, saya ke both
merchandise dan membeli album terbaru mereka “Jabat Erat” yang kebetulan
baru rilis 3 bulan lalu. Pada saat proses pembelian itu, petugas both nya
menawarkan dan mengajak saya ke backstage agar kaset nya bisa ditandatangani
oleh personilnya, wow sungguh diluar dugaan (padahal saya tidak memintanya lho).
Setelah bertemu para personilnya, dicoret-coretnya kaset saya dan sekalian foto
bareng. Puas, dan sangat puas, malam itu ternyata tak seperti yang saya
bayangkan. Dalam hati saya, ini sudah jauh lebih dari berkesan dibandingkan nonton Ngayogjazz yang sangat
dibanggakan semua masyarakat Jogja. Untuk review album Jabat Erat ini, inyaAllah
kalau sempat saya tulis dihari-hari berikutnya.
Keseluruhan kesan yang saya dapatkan adalah, untuk band sekelas mereka, saya menganggap mereka sangatlah membumi, rendah hati, dan sangat low profile. Ini sudah menjadi ciri khas dari band-band ternama asal kota Gudeg ini.
Salam, Jabat Erat The Rain Keepers!