Senin, 28 November 2016

Pertemuan dengan "The Rain"

Dapet info H-1 dari temen dan niatnya cuma sekedar refreshing, akhirnya malam itu (19/11/2016) saya putuskan untuk menyaksikan The Rain manggung (untuk pertama kalinya). Ya, baru kali ini saya nonton The Rain secara live padahal dari dulu sudah suka lagu-lagunya (mungkin baru kali ini juga ada kesempatan sih). Pertunjukan musik malam itu dipersembahkan oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dan Pemda DIY yang bertajuk "Semarak Karya Talenta Budaya" dan kebetulan malam itu merupakan penutupan dari serangkaian kegiatan dari beberapa hari sebelumnya. Untuk pertunjukan dengan bintang tamu band sekelas The Rain, penonton yang hadir pada saat itu sangatlah sedikit, mungkin karena malam itu juga masa terpecah-pecah dalam berbagai acara terutama event tahunan Ngayogjazz yang bertepatan padaa malam itu juga. Hal ini membuat saya dan teman-teman sangat leluasa menyaksikan pertunjukan musik itu bahkan sebelum The Rain tampil saya sempat bertemu dengan beberapa personilnya. Dari pertemuan itu saya merasa bahwa apa yang saya putuskan malam ini untuk datang ketempat ini dan mengesampingkan acara keren lainnya tidaklah rugi.

Oke, langsung saja ke penampilan mereka dengan 8 lagu yang dibawakannya. Cukup asik saya sangat larut menikmati lagu-lagu lama seperti “terlalu indah” dan “dengar bisikku” serta yang tak kalah heboh adalah ketika mereka membawakan lagu-lagu yang relatif baru seperti “terlatih patah hati” dan “penawar letih”. Malam itu walaupu penonton tidak banyak, sang vocalist Indra Prasta cukup bisa mengkondisikan semuanya menjadi sangat meriah. Karena penonton yang sedikit itu, saya jadi sangat bebas menikmati penampilan mereka dan cukup puas dengan aksi-aksi ciri khas dari vocalistnya, mas Indra Prasta dan gitaristnya, mas Iwan Tanda. Setelah selesai pertunjukan, saya ke both merchandise dan membeli album terbaru mereka “Jabat Erat” yang kebetulan baru rilis 3 bulan lalu. Pada saat proses pembelian itu, petugas both nya menawarkan dan mengajak saya ke backstage agar kaset nya bisa ditandatangani oleh personilnya, wow sungguh diluar dugaan (padahal saya tidak memintanya lho). Setelah bertemu para personilnya, dicoret-coretnya kaset saya dan sekalian foto bareng. Puas, dan sangat puas, malam itu ternyata tak seperti yang saya bayangkan. Dalam hati saya, ini sudah jauh lebih dari berkesan dibandingkan nonton Ngayogjazz yang sangat dibanggakan semua masyarakat Jogja. Untuk review album Jabat Erat ini, inyaAllah kalau sempat saya tulis dihari-hari berikutnya.


Keseluruhan kesan yang saya dapatkan adalah, untuk band sekelas mereka, saya menganggap mereka sangatlah membumi, rendah hati, dan sangat low profile. Ini sudah menjadi ciri khas dari band-band ternama asal kota Gudeg ini. 

Salam, Jabat Erat The Rain Keepers!

Senin, 07 November 2016

Golongan Paling Potensial: Mahasiswa

Demo atau kerusuhan dalam suatu negara pasti ada pemicuya, dan masalah yang paling rawan memicu kerusuhan atau demo tersebut adalah masalah ekonomi. Ada tiga golongan yang sangat potensial dalam hal ini. Golongan pertama adalah para pengangguran dengan alasan yang jelas. karena mereka tidak mempunyai pekerjaan dan pendapatan, sehingga hidupnya tergantung dari kegotong royongan, kasih sayang, dan belas kasihan kerabatnya. Golongan kedua adalah buruh dengan alasan yang jelas juga, yaitu masih banyak yang mendapatkan upah sangat minimal. Golongan yang ketiga adalah mahasiswa. Mengapa golongan ini ikut-ikutan? padahal mereka tidak merasakan langsung dampak yang menyebabkan demo tersebut. Mengapa?
Karena mahasiswa kaum yang idealis. Mahasiswa adalah kelompok orang yang pekerjaannya sehari-hari membaca dan berpikir. Merekalah yang paling peka terhadap kesenjangan sosial ekonomi, dan semua ketidakberesan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka masih belum terkontaminasi oleh nikmatnya uang, dan juga masih belum termasuk kelompok yang dihinggapi korupsi. Maka, walaupun banyak dari mereka adalah anak golongan berkecukupan, mereka berani dan bersedia berkorban, karena hati nuraninya terusik. Keberanian mereka dipacu oleh romantisme pergerakan dan perjuangan.
Source: KKG, Gonjang Ganjing Ekonomi Indonesia.